Rabu, 14 September 2011

3. Kuraih Kebahagiaan Setelah Kesetiaanku Dicampakkan

Aku ceritakan semua ini pada GOLeM dengan nama dan lokasi samaran, semoga bisa diambil hikmahnya. Jika ada pembaca yang mengalami kisah serupa, itu sama sekali bukan unsur kesengajaan.
Sebut saja namaku Aldo. Aku dibesarkan di kota kembang Bandung. Aku dididik di sebuah keluarga muslim tapi jujur saja, kami sekeluarga kurang taat beribadah. Menginjak dewasa, aku mulai berkenalan dengan yang namanya perempuan. Selepas SMP aku serius berusaha menjalin hubungan dengan perempuan. Akupun menjalin cinta dengan sebut saja namanya Nita, temen SMU ku. Perkenalan kami terjadi sewaktu kami sama-sama duduk di bangku SMU satu sekolahan di Bandung. Kami saling mencintai, suka dan duka dirasakan bersama. Hari berganti hari, bulan berganti bulan kami lalui dengan penuh kebahagiaan.
Aku benar-benar bahagia bersama Nita, demikian juga Nita sangat bahagia menjalin hubungan cinta denganku. Aku adalah type orang yang setia sehingga aku tidak peduli dengan gadis-gadis lain yang lebih dari dia, bagiku Nita sudah lebih dari cukup, Aku cinta dan sayang Nita.
Jalinan cinta kami benar-benar sudah sampai tahap yang sangat serius. Singkat cerita kami sudah merencanakan menikah dan punya anak meski kami masih sama-sama duduk di bangku SMU. Begitu dalamnya cinta yang aku jalin dengan Nita sehingga kamipun sering berduaan di manapun dan kapanpun. Kami sadar, jika pria dan wanita berduaan, pihak ke tiga adalah syetan. Karena kami sudah saling mencintai, kami tidak lagi peduli dengan syetan, tidak takut murka 4wl. Pada suatu hari di rumah Nita yang sering kosong, kamipun melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan sesudah ada ikatan pernikahan.
Waktu terus berjalan, kamipun semakin larut dimabuk cinta. Larangan agama sudah biasa kami langgar. Aku dan Nitapun melakukannya sudah berkali-kali, suka sama suka seolah-olah syetan sudah menjadi sahabatku, murka 4wl tidak aku takuti, semua atas nama cinta. Keluarga dan teman-teman tidak ada yang tahu sejauh apa yang sudah kami perbuat. Aku dan Nita benar-benar lupa diri dan anehnya Nita tidak juga hamil. Karena aku type laki-laki yang setia dan bertanggung jawab, apapun yang terjadi aku siap menanggung resikonya, aku benar-benar cinta dan sayang Nita.
Bulan berganti tahun, kamipun mesti dipisahkan oleh jarak. Aku melanjutkan kuliah di Jawa Tengah, sementara Nita melanjutkan kuliah di Jawa Barat. Cinta kami tidak pudar meski harus dipisahkan oleh jarak yang jauh. Kami selalu berhubungan baik lewat telephon, atau cuma sekedar SMSan dan kadang-kadang saling berkirim surat.
Tahun pertama kuliahku semua berjalan lancar. Tahun kedua masalah mulai muncul. Entah mengapa tiba-tiba Nita mengirim surat kepadaku yang intinya mengabarkan bahwa Nita akan menikah dengan seorang Pria dan Pria itu bukan Aku. Aku begitu kecewa, bingung, sedih, marah dan gelisah. Berkali-kali aku bujuk Nita agar mengurungkan niatnya untuk menikah dengan pria itu, karena aku mencintai Nita tulus sepenuh hatiku walau apapun yang terjadi aku sudah mencintai Nita teramat dalam. Tapi ternyata, kesetiaanku tidak dihargainya. Bujukanku tidak berhasil mengubah niat Nita untuk menikah dengan pria itu. Aku sering bertanya apa salahku? Bukankah aku dan Nita hubungannya sudah sedemikian jauh, amat sangat jauh sampai-sampai murka 4wl tidak aku takuti? Mengapa Nita tega memutuskanku untuk menikah dengan pria itu?
Di kamar kostku aku sering melamun sendiri seolah tidak percaya Nita yang sedemikian aku cintai seperti halnya dia yang sedemikian dalam mencintaiku akhirnya harus lari ke pelukan pria lain. Sepengetahuanku Nita wanita yang biasa saja yang tidak mudah tergoda pria. Aku benar-benar stress berat ditinggal Nita yang sangat aku cintai.
Selama lebih dari enam bulan aku dirundung gelisah, stress, pusing, marah, sedih dan bingung campur aduk. Apa 4wl marah padaku? Dalam kondisiku yang galau, aku mencoba untuk bersikap dewasa dan memperbaiki ibadahku.
Mungkin Nita bukan jodohku. Akupun mencoba mulai melakukan perkenalan dengan banyak wanita, ya sebatas berkenalan saja sampa pada suatu hari, aku berkenalan dengan seorang mahasiswi satu kampus sebut saja namanya Hani. Dia adik sahabatku, Dewa. Singkat cerita dari perkenalanku dengan Hani, lama kelamaan tumbuh rasa cinta dan rasa tenteram yang Aku rasakan. Demikian juga Hanipun merasakan hal yang sama. Pesan Dewa kepadaku “Kalau kamu mau serius sama adikku boleh-boleh saja tapi ingat, jangan buat main-main !” katanya serius. Akupun setuju dengan syarat tersebut karena aku pikir Hanilah yang sudah membuat hati ini tenteram meski tidak mungkin untuk bisa melupakan Nita.
Bulan berganti tahun, setelah kami lulus kuliah tidak lama berselang kamipun menikah. Aku bahagia bersama Hani, seperti halnya Hanipun bahagia bersamaku, semoga kami menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa rohmah, Amiin…
Kebahagiaan kami semakin sempurna dengan lahirnya si buah hati yang semakin membuat aku tidak lagi mempedulikan Nita, wanita yang pernah mengharu-biru perasaanku, Aku sekarang benar-benar bahagia bersama Hani dan si kecil buah hatiku...

0 komentar:

Visitors Map

About This Blog

Blog ini saya jadikan sebagai tempat berbagi dengan sesama

Laman

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP